Minggu, 10 Januari 2010

Tradisi menyontek di kalangan Pelajar

”Saat ujian Fisika entar aku mau nyontek aja. Soalnya, aku belum belajar!” Inilah kata-kata dari seorang pelajar saat akan menghadapi ujian di sekolahnya. Memang, sangat sulit menghilangkan kebiasaan menyontek dalam setiap ujian. Hingga muncul teori, bahwa ujian adalah cara seseorang untuk mendapatkan jawaban yang bersumber darimanapun asal tidak ketahuan oleh pengawas atau pun guru, agar mendapatkan nilai yang maksimal.

Pentingkah menyontek dilakukan untuk mendapatkan nilai yang maksimal? Menyontek sudah mendarah daging pada setiap pelajar. Di sekolah merupakan tempat utama bagi para belajar untuk menghadapi ujian. Dari hal ini, mencontek merupakan tindakan yang sudah menjadi budaya para pelajar di sekolah. Dari tindakan ini, nantinya akan membuat para pelajar untuk berbuat curang dikehidupannya.

Mengapa para pelajar menyontek? Generalisasinya, untuk bersaing di sekolah agar mendapatkan prestasi yang baik. Banyak pelajar yang mencontek pada saat menghadapi ujian. Rata-rata nilai yang didapat oleh para plagiator (orang yang suka mencontek) selalu tinggi dari nilai yang sebenarnya. Apakah nilai palsu inilah yang akan dipertaruhkannya untuk mengukir masa depan? Tanpa mengetahui daya atau kemampuan intelektual yang sebenarnya.

Ada beberapa pelajar yang merasa dirugikan oleh tindakan ini, karena persaingan yang seharusnya mereka hadapi di sekolah adalah persaingan yang sehat dan jujur. Bukanya persaingan yang tidak sportif. Mereka berjuang mengorbankan pikiran, tenaga dan waktu dengan belajar. Namun, di lain sisi ada pelajar yang acuh terhadap pelajaran (menyontek). Meskipun pelajar yang belajar kadang kala memperoleh nilai yang lebih tinggi dari plagiator. Namun hal tersebut tetap merugikan beberapa pelajar.

Terbesit dari benak kita semua, bagaimana upaya untuk mengurangi tindakan menyontek? Menyontek sudah menjadi soulmate para pelajar, jadi sangat susah untuk dihilangkan dari life style para siswa, namun masih dapat dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi tindakan tersebut dimulai dengan orang tua, sekolah, teman dan diri sendiri. Yakinkan dan niatkan pada diri sendiri bahwa kita mampu bersaing dengan teman sekelas, dan rutin belajar. Peranan orang tua cukup memantau dan mendukung anaknya belajar di rumah dengan menambahkan elemen-elemen yang menunjang proses belajar mereka di luar sekolah atau bila perlu orangtua dapat memberikan sebuah gift atas prestasi anaknya. Untuk sekolah, terapkan metode belajar yang disenangi murid agar setiap pelajaran bermakna dan contextual. Untuk teman, biasakan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah. Hal seperti inilah yang sebaiknya dilakukan agar tindakan menyontek dapat dikurangi.

Keberhasilan upaya tersebut bisa berjalan dengan baik, jika empat komponen tersebut saling mendukung. Namun pada dasarnya pelajar itu sendirilah yang dapat merubah dirinya sendiri untuk tidak mencontek. Bukankah kita semua tidak ingin disebut sebagai plagiator.

http://ardhie1188.multiply.com/journal/item/21

0 komentar:

 

Kompul Bloger

Followers